Kitab : Tajridus Shorih
Pengarang : Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif Az-Zubaidi
Cetakan : DKI Beirut
Hadits : 102
Halaman : 40
Dikutip dari kajian kitab tajridus shorih pada tanggal 24 Juni 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus oleh beliau Gus Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA.
Selengkapnya bisa dilihat disini : Ngaji Kitab Tajridus Shorih
Hadits 102
انْتَهَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ إِذَا رَجُلٌ مُسَجى بِثَوْبٍ أَوْ قَالَ تَسَجَّى بِثَوبِهِ فَسَلَّمَ مُوسَى فَقَالَ الخَضِرُوَأَنِّي بِأَرْضِكَ السَّلَامُ فَقَالَ أَنَا مُوسَى فَقَالَ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ ؟ قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلَمْتَ رُشْدًا ، قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا ، يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللهِ عَلَّمَنِيهِ لَا تَعْلَمُهُ أَنْتَ وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ عَلَّمَكَهُ اللَّهُ لَا أَعْلَمُهُ قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا ، فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ لَيْسَ لَهُمَا سَفِينَةٌ ، فَمَرَّتْ بِهِمَا سَفِينَةً فَكَلَّمُوهُمْ أَنْ يَحْمِلُوهُمَا فَعُرِفَ الْخَضِرُ فَحَمَلُوهُمَا بِغَيْرِ نَوْلٍ فَجَاءَ عُصْفُورٌ فَوَقَعَ عَلَى حَرْفِ السَّفِينَةِ فَنَقَرَ نَقْرَةً أَوْ نَقْرَتَيْنِ فِي الْبَحْرِ الْبَحْرِ فَقَالَ الْخَضِرُ يَا مُوسَى مَا نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هَذَا الْعُصْفُورِ فِي الْبَحْرِ
…..Ketika keduanya sampai di batu tersebut, didapati ada seorang laki-laki mengenakan pakaian yang lebar. Nabi Musa lantas memberi salam. Nabi Khidir lalu berkata, “Bagaimana cara salam di tempatmu?” Nabi Musa menjawab, “Aku adalah Musa.” Nabi Khidir balik bertanya, “Musa bani isra’il?” Nabi Musa menjawab, “Benar.” Nabi Musa kemudian berkata, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang diajarkan kepadamu?” Nabi Khidir menjawab, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.” Nabi Khidir lalu melanjutkan ucapannya, “Wahai Musa, aku memiliki ilmu dari ilmunya Allah yang Dia mengajarkan kepadaku yang kamu tidak tahu, dan kamu juga punya ilmu yang diajarkan-Nya yang aku juga tidak tahu.” Nabi Musa berkata, “Insya Allah kamu akan mendapatiku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun.” Maka keduanya berjalan kaki di tepi pantai sementara keduanya tidak memiliki perahu, lalu melintaslah sebuah kapal. Mereka berbicara agar orang-orang yang berada pada kapal tersebut berkenan membawa mereka. Karena Nabi Khidir telah dikenali maka mereka pun berkenan membawa mereka tanpa bayaran. Kemudian datang burung kecil hinggap di sisi kapal sembari mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau dua kali patukan…..
Nabi Khidir bertanya aneh kepada Nabi Musa pada saat cerita وَأَنِّي بِأَرْضِكَ السَّلَامُ “Bagaimana cara salam di tempatmu?”
Pada kitab fathul baari dijelaskan, Nabi Khidir bertanya seperti itu Karena pada saat zaman itu syari’at salam belum diterapkan ataupun memang belum diturunkan oleh Allah SWT.
Diriwayat yang lain dijelaskan, bahwa Nabi Khidir bertanya, “Apakah pantas tempat seperti ini di uluki salam?” Pertanyaan Nabi Khidir itu dikarenakan mungkin tempat yang beliau singgahi itu berpenduduk non muslim itulah kenapa beliau bertanya aneh kepada Nabi Musa yang berkaitan tentang salam.
Atau memang cara uluk salam Nabi Khidir berbeda dengan Nabi Musa.
Adakalanya orang kuat itu harus kalah, bukan untuk hina tapi untuk bisa mendapatkan fadhol lebih baik. Seperti cerita di hadits tersebut yaitu ketika Nabi Musa menurunkan egonya saat akan belajar kepada Nabi Khidir dengan cara memuliakan beliau. Padahal pada masa itu Nabi Musa adalah orang yang sangat-sangat tegas dalam beragama.
Pelajaran Nabi Khidir Untuk Nabi Musa pada kejadian, yaitu bahwa ilmunya Nabi Khidir yang berupa ilmu ma’rifat dan ilmunya Nabi Musa yang berupa ilmu syariat jika kedua ilmu tersebut digabungkan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmunya Allah. Maka kita jangan jumawa dengan sedikit ilmu yang kita punya. Kembalikanlah ilmumu kepada Allah SWT.
Maturusuwun mas atas catatan ngaji nipun
ReplyDelete