Sunday, July 28, 2024

Kebencian Yang Berubah Menjadi Cinta

 

Setiap manusia pasti memiliki rasa benci karena membenci merupakan tabiat manusia. Sedangkan rasa benci itu muncul ketika kita menyaksikan peristiwa yang menyakitkan hati. Dalam hal sosial membenci karena disakiti mungkin masih termasuk dalam kategori wajar asal tidak berlebihan. Tetapi ada hal yang kurang wajar yaitu  membenci orang lain karena melakukan kebaikan yang sesuai dengan pandangan agama tetapi yang menurut kita salah apalagi sampai membenci secara berlebihan.

Rasulullah selalu mengajarkan kepada kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal termasuk dalam membenci dan mencintai orang. Karena mungkin orang yang kita benci itu baik di mata Allah dan apa yang kita cintai justru buruk di mata Allah. Bersikaplah proporsional dalam membenci dan mencintai. Rasulullah pernah bersabda, “Cintailah seseorang sekadarnya karena bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti menjadi orang yang engkau benci. Dan bencilah seseorang sekadarnya,  karena bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang engkau cintai, (HR. Tirmidzi).”

Hal tersebut pernah dialami oleh Fadhalah, salah seorang sahabat yang dahulu sangat membenci Rasulullah dan dakwah yang dibawanya. Sebelum peristiwa penaklukkan Mekkah, Fadhalah pernah berkata, “Demi Allah, tidak ada seorang pun yang aku benci di dunia ini selain Muhammad.” Kebenciannya itu semakin memuncak ketika melihat Nabi Muhammad memasuki Mekah dan menghancurkan semua berhala.

Fadhalah termasuk orang Quraisy yang pemberani. Bertubuh besar dan gagah. Ia selalu berusaha membunuh Nabi Muhammad seorang diri meskipun selalu gagal. Ia selalu mencari berbagai macam cara untuk membunuh Nabi. Sampai suatu ketika ia menemukan waktu yang tepat untuk membunuh beliau. Saat itu Nabi Muhammad sedang melakukan thawaf di Ka’bah. Secara diam-diam Fadhalah membuntuti beliau dari belakang agar mudah mencekik lehernya. “Kali ini engkau tidak akan selamat, wahai Muhammad, “bisiknya dalam hati.

Tepat ketika Fadhalah ingin menerkam dan mencekik Rasulullah, tiba-tiba beliau berbalik ke belakang. Fadhalah sangat terkejut dan salah tingkah. Ia sama sekali tidak menyangka Rasulullah berbalik secepat itu dan menatap Fadhalah dengan penuh senyuman. Beliau sudah mengetahui niat buruk Fadhalah terhadap dirinya. Dengan cepat nabi meletakkan tangannya di dada Fadhalah dan berkata, “Mohonlah ampun kepada Allah! Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosamu.”

Fadhalah merasakan kelembutan tangan Rasulullah saat menyentuh dadanya. Fadhalah merasa tenang dan tidak gugup seperti tadi. Tiba-tiba senyuman yang tersirat di bibir orang yang selama ini ia benci seketika membuatnya cinta. Tak pernah terbayang dalam pikirannya, beliau akan mendapatkan balasan senyuman dan kehangatan tangan Rasulullah yang begitu menyentuh hatinya. Seketika Fadhalah langsung luluh dihadapan Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, ajaklah aku beriman kepada Allah dan rasul-Nya.”

Saat itu Fadhalah menyatakan dirinya masuk Islam dihadapan Rasulullah dan belajar banyak tentang keimanan kepada beliau. Ia menjadi sahabat yang sangat menghormati dan mencintai Nabi. Sangking cintanya kepada nabi ia sampai berkata, ”Demi Allah, Rasulullah adalah makhluk yang paling aku cintai di dunia ini.”

Begitulah kebencian yang harus dibayar oleh Fadhalah dengan kecintaan kepada Nabi Muhammad. Ia tidak menduga orang yang tadinya sangat dibencinya kini menjadi orang yang paling dicintainya. Dalam kejadian ini tentu ada rasa penyesalan dalam diri Fadhalah karena telah membenci dan berusaha melenyapkan Rasulullah selama ini. Tetapi Rasulullah justru membalas kebencian Fadhalah dengan senyuman cinta yang menembus dan menghancurkan duri-duri benci dalam hati kecilnya. Kisah ini bisa menjadi pelajaran buat kita agar selalu memposisikan kebencian pada tempatnya yang proporsional. Karena boleh jadi orang yang kita benci hari ini, justru dialah yang menjadi penolong kita esok hari.

Oleh : Shofil


Thursday, July 25, 2024

Sudahkah Kalian Bersyukur Hari Ini?

 


        Halo teman-teman, sudah bersyukurkah kalian hari ini? Kalo udah, berapa banyak kalian bersyukur? Atau malah belum sama sekali? Yaa “syukur” bukanlah kata yang asing lagi bagi kita. Sudah tahukah kalian tentang definisi syukur? Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada kita mulai dari bangun tidur sampai kita bisa tidur lagi dengan nyenyak, bahkan Allah tidak meminta bayaran atas seluruh benda yang Allah ciptakan untuk kita. Seperti contoh, berapa banyak kita menghirup nafas? Satu hari saja. Banyak kan? Coba lihat orang-orang yang terkena penyakit paru-paru yang mana mereka harus menghirup udara dengan menggunakan tabung-tabung oksigen dan tabung-tabung itu harus dibeli dengan harga yang tidak murah. Andai kata Allah melakukan itu kepada kita, kuat kah kita? Bersyukurlah dari hal-hal kecil yang mungkin kita anggap sesuatu yang remeh, seperti adanya jempol tangan yang selalu kita gunakan sehari-hari. Coba kalau Allah mengambil jempol tanganmu? Banyak sekali pekerjaan sehari-hari yang mudah sekali untuk kamu lakukan tapi karena jempol tanganmu diambil oleh Allah menjadi sulit untuk melakukannya. Bisakah kamu makan ketika jempol tangan kananmu diambil? Dan masih banyak lagi hal-hal remeh yang seharusnya kita syukuri, bukan malah digunakan untuk maksiat dan melanggar perintah-perintah Allah SWT.

Bahkan dengan bersyukur kita menemukan kebahagiaan yang sejati. Dimana kebahagiaan tanpa ada rasa iri dan cemburu atas sesuatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada orang lain. Sebenarnya Allah malah akan menambahkan nikmat kepada hamba yang selalu bersyukur. Jadi apakah kita pantas selalu iri dengan nikmat Allah yang Allah berikan kepada orang lain? Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7 mengenai bersyukur.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ


Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.'" (QS Ibrahim: 7).


Allah sudah menakar dengan adil semua nikmat yang diberikan kepada hamba-hambanya dan tidak mungkin Allah salah kan? Kalau kita masih beranggapan hidup selalu susah dan ekonomi selalu seret, mau ini mau itu tapi kok nggak keturutan terus dan selalu beranggapan bahwa Allah tidak adil. Nah sekarang dibalik sudahkan kalian bersyukur? Sudahkah kalian berterima kasih kepada Allah? Ibadah paling juga pas-pasan. Sudahkah kalian bersyukur? Belum kan? Cobalah sedikit demi sedikit untuk kita bersyukur kepada Allah.

Ada banyak sekali cara untuk kita untuk bersyukur kepada Allah. 

  1. Bersyukur dengan hati. Gampang kok ngelakuinnya, yaitu dengan cara kita selalu ingat bahwa seluruh nikmat dan karunia yang kita nikmati itu adalah dari Allah yang tiada tandingannya dan selalu merasa cukup dengan semua nikmat yang Allah berikan kepada kita. 

  2. Bersyukur dengan lisan. Yaitu dengan memuji Allah ketika kita mendapatkan Allah dengan ucapan“alhamdulillah”.

  3. Bersyukur dengan tindakkan. Bagaimana sih caranya? Yaitu dengan cara kita gunakan tubuh ini untuk melakukan ibadah kepada Allah, atau dengan cara kita menolong orang apabila dalam keadaan susah, atau juga dengan merawat tubuh maupun harta benda yang kita miliki agar tidak rusak sebagai rasa syukur karena sudah diberi oleh Allah kepada kita.


Itu sedikit tulisan tentang sesuatu hal yang mungkin kita selalu lupa dan menganggapnya tidak begitu penting. Semoga bermanfaat dan kita bisa selalu bersyukur kepada Allah SWT. See you next time.


Oleh: Alifyaaa


Thursday, July 18, 2024

Udah Taubat Apa Belum?

 

“Muda Maksiat Tua Tobat”


Kalimat tersebut sering kita dengar, seperti sebuah pelecehan terhadap tuhan, bagaimana tidak? Kalimat yang singkat tersebut seakan akan menganggap remeh kasih sayangnya Allah Subhanahu Wata’ala yang telah mengobral ampunannya kepada hamba-hambanya yang berdosa. Hal ini dijelaskan dalam hadist riwayat Sahabat Anas R.A.


عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: «قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ! لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً» رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

Artinya : Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selagi engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit (begitu banyak), kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Hai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan apa pun, pasti Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan). [HR. Tirmidzi, no. 3540 dan Ahmad, 5:154, 176. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].


Terus….. apakah dengan dalil tersebut kita akan terlena untuk terus menerus melakukan maksiat dan menunda nunda taubat dengan alasan pasti diampuni oleh Allah karena rahmatnya yang sangat luas? Apalagi bagi yang umurnya masih muda, masih sehat sehatnya belum punya penyakit yang bermacam macam, pasti ketika mendengar kalimat tersebut malah tambah semangat bermaksiat dan berharap nanti ketika menginjak usia tua meminta ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan. Semudah itu? Padahal kita aja nggak tahu kapan ajal menjemput kita, siapa tahu setelah satu menit setelah membaca karya ini kita sudah pindah alam wallahu a’lam. Maka dari itu jangan jadikan masa mudamu sebagai alasan untuk menunda nunda taubatmu. Nggak mau kan nanti pas mati tapi dosa belum ditaubati.


“Lebih baik jadi mantan pendosa daripada jadi mantan ahli taqwa”


Loh kok bisa? Jadi maksudnya lebih baik jadi orang yang dulunya ahli maksiat tapi mau bertaubat dan bertekad meninggalkan maksiat, daripada jadi orang yang dulunya ahli taqwa, tapi membuat dia terlena karena sudah merasa menjadi orang yang paling taqwa dan berujung terjerumus ke jurang kemaksiatan.


 Jadi berusahalah sebisa mungkin untuk selalu meminta ampunan kepada Allah. Jadikanlah taubat sebagai ibadah harian yang harus dilaksanakan, contohlah Rasulullah yang setiap hari beliau selalu bertaubat 100 kali, hebat kan? Kalau dipikir pikir lagi Beliau saja yang menyandang gelar nabi dan rasul saja masih mau bertaubat dan meminta ampun kepada Allah, terus siapalah kita yang nggak mau bertaubat? Tobatlah segera jangan ditunda tunda walaupun masih muda. Belajarlah sedikit demi sedikit untuk bisa bertaubat kepada Allah.


Sekian, semoga bermanfaat……..


Oleh : Hida


Wednesday, July 10, 2024

Rangkuman Ngaji Gus Aniq


Kitab : Tajridus Shorih

Pengarang : Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif  Az-Zubaidi

Cetakan         : DKI Beirut

Hadits : 102

Halaman         : 40

Dikutip dari kajian kitab tajridus shorih pada tanggal 8 Juli 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus oleh beliau Gus Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA.

Selengkapnya bisa dilihat disini : Ngaji Kitab Tajridus Shorih


  • Hadits 102


فَعَمَدَ الخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ مِنْ أَلْوَاحِ السَّفِينَةِ فَنَزَعَهُ ، فَقَالَ مُوسَى قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا ؟ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا ؟! قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا ، فَكَانَتِ الْأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا ، فَانْطَلَقَا فَإِذَا غُلَامٌ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَ الْخَضِرُ بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلَاهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ بِيَدِهِ، فَقَالَ مُوسَى أَقَتَلْتَ نَفْسًا ا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ؟ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا، فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ أَسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ الْخَضِرُ بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ فَقَالَ لَهُ مُوسَى لَوْ شِئْتَ لَ لتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا ، قَالَ هُذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ، قَالَالنَّبِيَّ ﷺ  يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا 


….Kemudian Nabi Khidir sengaja mengambil papan kapal lalu merusaknya Nabi Musa pun berkata, ”Mereka telah membawa kita tanpa bayaran, tapi kenapa kamu merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?” Nabi Khidir berkata, “Bukankah aku sudah berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama denganku.” Nabi Musa berkata, “Janganlah kamu menghukumku karena kelalaianku dan janganlah kamu membebaniku dengan dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.” Kejadian pertama ini karena Nabi Musa terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain dengan kedua temannya. Nabi Khidir lalu memegang kepala anak itu, lalu Nabi Khidir memutus kepala anak tersebut dengan tangan beliau sendiri. Maka Nabi Musa pun bertanya, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?” Nabi Khidir menjawab, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan kuat sabar bersamaku.” Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh. Maka Nabi Khidir menegakkan dinding tersebut. Rasulullah meneruskan ceritanya: “Nabi Khidir melakukannya dengan tangannya sendiri. Lalu Nabi Musa berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Nabi Khidir menjawab, “Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu.” Nabi Muhammad SAW. Bersabda, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa. Kita sangat berharap sekiranya Nabi Musa bisa sabar, sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang keduanya.”.


        Lanjutan cerita: Nabi Khidir berkata, “Saya ceritakan wahai Nabi Musa atas kejadian-kejadian yang telah berlalu. Untuk kapal tadi, itu sebenarnya pemilik kapal tersebut adalah orang-orang miskin yang mana pekerjaan mereka tersebut adalah dilautan. Maka memang aku sengaja merusak kapal tersebut agar kapal tersebut terlihat cacat, karena depan mereka nanti saat perjalanan pulang itu ada perompak yang suka membajak kapal-kapal yang bagus, jika tidak saya buat cacat maka kasihan mereka nanti. Terus untuk anak kecil tadi, kedua orang tuanya itu sholeh sholehah, tapi anak itu tadi saat besar dia akan menjadi kafir yang mana kekafiran anak tersebut mengajak-ajak bahkan hingga memaksa kedua orang tuanya untuk ikut kafir. Maka lebih baik aku bunuh anak tersebut dan menyelamatkan keimanan kedua orang tuanya. Dan setelah membunuh anak itu tadi, saya berharap semoga Allah memberi kepada kedua pasangan pasutri tadi dengan anak yang sholeh atau sholehah yang mana akan membuat kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan untuk tembok tadi yang mana saya perbaiki dan tidak saya terima upahnya, karena bangunan tersebut itu adalah milik warisan kedua anak kecil yang yatim. Dan di bawah bangunan tersebut ada harta karun yang mana harta tersebut memang untuk kedua anak tersebut. Dan orang tua kedua anak yatim tadi adalah orang yang sholih, nah Allah berkehendak agar mereka tumbuh menjadi orang kuat dan Allah akan mengeluarkan harta karun itu kepada mereka rahmatan mir Rabbik, karena sebagai kasih sayang Allah kepada kedua anak tersebut. Semua kejadian yang terjadi tadi wahai Musa itu adalah bukan keinginanku, bukan aku yang sengaja melakukannya. Tapi semua kejadian itu tadi memang Allah lah yang menggerakkan.”.


  • Jangan meremehkan guru-guru ngajimu yang mengajarkan alif, ba, ta. Bisa jadi dengan kamu tabarrukan dengan guru ngajimu saat masa kecil, itu menjadikanmu masyhur dan wushul ilAllah. 

  • Beberapa faedah dari hadits tersebut:

  1. Apapun yang dilakukan Allah kepada ciptaan-Nya itu terserah gusti Allah sendiri. Kita sebagai makhluk tidak bisa menakar semua ketentuan-ketentuan yang Allah lakukan dengan akal. Maka akal ini tidak bisa menjadi hitungan untuk hitung-hitungannya Allah. Secara akal satu tambah satu memang dua, tapi hitungan Allah bukan sekadar hanya satu ditambah satu, hitungan Allah lebih dari itu. Yang bisa kita lakukan saat ini yaitu tidak perotes tidak membangkan akan taqdir dan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Semua sudah Allah tentukan, kita tinggal berusaha, adapun untuk masalah hasil serahkanlah kepada Allah SWT.

  2. Semua yang dilakukan oleh Allah itu ada hikmahnya, tapi tidak serta merta kita harus mengetahui hikmah tersebut.

  3. Kita harus hati-hati dengan dua kesalahan: yang pertama, orang-orang bodoh mengatakan bahwa dalam cerita ini Nabi Musa kalah keren dengan Nabi Khidir, maka hakikat orang-orang yang mengatakan seperti itu adalah mereka terlalu picik. Yang kedua, ada orang-orang kafir zindiq mengatakan, mereka beranggapan berdasarkan cerita tersebut bahwa syariat itu hanya untuk orang-orang awam. Dan kata-kata tersebut sangat berbahaya, karena kata-kata yang seperti itu hanya untuk basa basi untuk meninggalkan syariat. 

Sunday, July 7, 2024

Pendaki Bayangan Part 2


Assalamualaikum sobat pendaki, bagaimana pendapat kalian tentang part 1 kemarin, menegangkan atau membosankan? karena disinilah inti dari kisah ini!.

Malam itu, masih di gunung Ungaran via perantunan. Setelah kejadian di pos itu (part 1) akhirnya si Udin dan Harun pun melanjutkan perjalanan agar tidak tertinggal sunrise, setelah berjalan lama, mereka akhirnya melewati pos… si Udin dan Harun berhenti sejenak untuk sekedar minum dan menstabilkan pernafasan. Di peristirahatan kali ini semua masih berjalan normal.

Setelah dirasa cukup, kami berdua melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan menuju puncak bondolan, kami kebingungan karena tidak menemukan pertigaan (kiri ke puncak bondolan dan puncak botak, kanan ke puncak benteng raiders). Akhirnya kami hanya bisa pasrah mengikuti jalan yang terlihat oleh headlamp kami, di tengah perjalanan tersebut si Udin sudah merasa tidak enak dan fokusnya pun mulai buyar ketika melihat dahan pohon yang menyerupai tongkat atau teken yang tersender di cangkruk (tempat duduk yang terbuat dari bambu) ia pun hanya bisa menunduk dan mengucap “Amit mbah” didalam hati, setelah melihat tongkat tersebut kejadian demi kejadian datang menimpa Udin. 

Udin: “Sek woi enteni!”.

  Orang yang dipanggil pun tidak mendengar teriakan Udin, di perjalanan menyusul Harun, perasaan Udin sudah tidak karuan, ia sesekali terjatuh ke tanah hingga Udin pun merasakan sesuatu yang mengusap kepalanya! dia sedikit memperlambat jalannya demi mencerna apa yang ia rasakan, si Udin pun menguatkan dirinya untuk positif thinking, tetapi ia juga sadar bahwa jarak antar hutan dan jalan yang dilewati Udin itu cukup jauh dan pohon-pohon disekitar Udin pun berukuran besar dan tinggi sehingga mustahil jika yang mengusap kepalanya itu dahan ataupun daun. Si Udin hanya bisa diam dan berusaha menyusul Harun dengan hati dan pernafasan yang tidak karuan, akhirnya ia bisa menyusul Harun, belum selesai dengan kejadian yang tadi sayup-sayup si Udin mendengar suara jangkrik yang semakin lama semakin keras, ia pun tetap berpikir positif bahwa suara itu adalah suara jangkrik, setelah beberapa langkah Udin masih mendengar suara jangkrik tersebut, tapi kali ini berubah menjadi suara lonceng yang sangat jelas!!.

Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam, seakan-akan menghayati apa yang dialaminya. Selang beberapa saat, lonceng tersebut bertambah keras dan cepat, Udin pun mengajak Harun untuk menambah kecepatan. “Run, ayo cepet sitik” singkat cerita mereka sampai di puncak bondolan gunung Ungaran.

Mereka berdua melepas penat dengan beristirahat dan menikmati golden sunrise sambil membuat kopi dan mie. Dan ternyata tidak hanya Udin yang mengalami kejadian semalam.

Apa yang terjadi dengan Harun? apakah ia juga mengalami kejadian yang sama dengan Udin?. Tunggu kelanjutan cerita ini di part 3.


Oleh : Burhann  

 

Friday, July 5, 2024

Rangkuman Ngaji At Tibyan

 


Kitab : At Tibyan 

Pengarang : Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi

Cetakan         : Al Haromain

Halaman         : 167-169

Dikutip dari kajian kitab At Tibyan pada tanggal 02 Juli 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus yang diampu oleh beliau Abuya Ahmadi Abdul Fattah, Lc., MA.

Selengkapnya bisa dilihat disini : KLIK DISINI


  • Makruh membaca Al Qur’an ditempat-tempat yang kotor dan tidak layak seperti: Kamar mandi, tempat pembuangan sampah, kandang, dll. Dan ada juga yang mengatakan haram membaca di tempat-tempat tersebut.

  • Adab membaca Al Qur’an yang paling utama adalah menghadap kiblat, pakaian yang suci, mempunyai wudhu, dan duduk dengan posisi yang sopan. Tapi juga boleh membaca Al Qur’an dengan berdiri, berbaring, bahkan rebahan di pangkuan orang lain, karena nabi Muhammad sering membaca Al Qur’an di pangkuan istri tercinta beliau. Tapi keutamaannya tentu saja berbeda dengan orang yang membaca Al Qur'an dengan duduk sopan dan menghadap kiblat.  

  • Mayyit disebut jenazah karena dari lafadz Janaza yang artinya ditutupi, maksudnya adalah mayyit tersebut akan dikubur.

  • Imam Abdullah bin Maimun bin Abbas bin Al Harits atau terkenal dengan Ahmad bin Abil Hawari termasuk ulama salaf ahli hadits yang berasal dari syiria yang mana ketika mendengar Al Qur’an beliau selalu teriak dan seketika pingsan, karena beliau sangat mentadabburi Al Qur’an.

  •  حبتر Artinya adalah orang sholih yang melaksanakan hak-hak Allah (melakukan perintah dan menjauhi larangan) dan melaksanakan hak-haknya sebagai hamba seperti berbuat baik kepada orang lain.

  •  إجترحوا السيئات adalah menerangkan tentang sifat-sifat orang kafir yang mana sering maksiat.

  • Menangis ketika membaca Al Qur’an adalah termasuk tanda-tanda orang sholih dan takwa.

  • Kebiasaan sayyidina Abdullah bin Abbas ketika membaca Al Qur’an adalah menangis, sampai-sampai di pipi beliau terdapat garis seperti tali sandal jepit, karena seringnya beliau menangis ketika membaca Al Qur’an.  

  • Nama asli sayyidah Ummu Salamah adalah Hindun binti Abu Umayyah. Beliau termasuk istri nabi yang cantik jelita dan sangat cerdas. Sebelum menikah dengan nabi beliau menikah dengan Abdullah bin Abdul Asad yang mana saudara sepersusuan nabi Muhammad. Alasan nabi Muhammad menikahi sayyidah Ummu Salamah adalah karena kasihan, sebab pada waktu itu suaminya meninggal dunia di perang uhud. 

  • Adab membaca Al Qur’an yang banyak ditinggalkan orang adalah ketika idaroh (satu orang membaca dan yang lain menyemak) itu seharusnya yang lain menyemak dengan tenang, bukan malah membuat forum ngobrol sendiri dengan teman sebelahnya.

  • Surat Al Mu'awwidzatain (Al Falaq dan An Nas) adalah surat yang bisa melindungi seseorang dari sihir dan sesuatu yang tidak baik.

  



Thursday, July 4, 2024

Masih Mau Tidur Habis Subuh?



    Satu persatu santri balik ke pondok setelah setoran abuya. Ada beberapa santri yang lanjut nderes, ada yang makan, ada yang mandi, tapi banyak juga yang langsung tidur. Biasanya nih, golongan suka tidur setelah subuh itu gara-gara malamnya begadang.


Ari : “Ngga bangun ngga. Katanya mau disiplin, bangun lah, malah tidur terus.”.

(Rangga hanya ngolet dan ngomong “hmm.. iyaa”).

Ari : “Bangun gih, nderes gitu lho.”.

(Gina yang baru saja naik ke loteng nggak sengaja melihat kejadian itu hanya bisa tertawa).

Ari : “Tuh lo Gina datang. Katanya kamu mau tanya-tanya lagi sama Gina. Mumpung ada orangnya ini.”.

Rangga : “Wuih iya nih mumpung ada Gina, mau tanya deh.”.

Gina : “Langsung mak jegagik gitu ya ketemu aku kayak ketemu malaikat maut hahaha.”.

Rangga : “Kamu mah bukan malaikat maut. Mana ada malaikat maut spek kayak kamu, udah pintar, ganteng, sholih, kaya lagi. Tapi yang aku aneh sama kamu itu gini. Kamu kan sholih ya, tapi kok bisa gaul sih, idaman ukhti-ukhti banget.”.

Gina : “ Sa ae lu ngga, hehehe. Jadi tanya nggak nih?”.

Ari : “Iya jadi tanya nggak lu ngga? Aku sih belum punya pertanyaan, mau dengerin ustadz Gina mauidhoh aja. Tapi afwan tadz aku dengerin mauidhoh sambil nderes ya hehe. Mumpung semangat nderes, jarang-jarang nih semangat kayak gini.”.

Gina : “Haduh mauidhoh apaan deh, nggak ada mauidhoh-mauidhoh an. Kalau mau mauidhoh minimal ada fulusnya lah hehehe.”.

Rangga : “Halah malah menjadi-jadi ustadz ini, yaudah deh aku tanya. Kata orang-orang dulu tidur setelah subuh itu bikin fakir benar nggak sih?”.

Gina : “Benar banget tuh, itu bukan hanya orang-orang dulu, tapi itu memang kata para ulama bahkan nabi pun pernah menyinggung masalah tidur setelah subuh.”.

Ari : “Waduh. Ternyata selama ini kata-kata itu benar ya, aku kira cuma mitos. Alhamdulillah subuh ini aku belum tidur.”.

Gina : “Bener itu, ada hadits itu gini. الصبحة تمنع الرزق Tidur setelah subuh itu mencegah rezeki dari Allah. Ati-ati lho ya, jangan diulangi lagi tu tidur setelah subuh.”.

Rangga : “Wah jadi takut tidur setelah subuh nih, tapi permasalahan utamanya itu aku paling nggak bisa melek setelah subuh, gimana tuh caranya biar bisa melek?.”. 

Ari : “Yang pasti sih punya kesibukan setelah subuh ya. kayak aku gini lho nderes Hehehe.”.

Rangga : “Udah kamu nderes aja nggak usah ikut ngobrol!”.

Gina : “Hehe iya Ri nderes aja. Tapi aku setuju banget sama keterangan si Ari. Cari kesibukan, entah kesibukan mubah syukur-syukur kesibukan sunnah. Contohnya makan, mandi, nderes, piket, joging dll. Bentar-bentar, sebelum kemana-mana aku mau ngulas tentang hadits tadi. Kan الصبحة تمنع الرزق. lah yang dimaksud الرزق itu bukan hanya harta atau benda doang lho. Tilawatul qur’an, muthola’ah kitab, ngaji sorogan, bernafas dll itu juga rezeki loh. Definisi rezeki aja: Semua perkara yang diberikan Allah kepada hambanya baik halal atau haram. Makanya kita kalau doa itu minta rezeki yang halal-halal.”.

Rangga : “Masa tilawatul qur’an termasuk rezeki?”.

Gina : “Iya lah, nggak semua orang dikasih kesempatan bisa nderes, buktinya kita aja pas doa setelah ngaji biasanya gimana? وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ ءَانَآءَ الَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ  minta rezeki bisa nderes. Kalau diambil benang merahnya. Melek setelah subuh itu bisa membuat kita semangat ibadah, bener nggak? Coba deh dipikir.”.


Oleh: gus harun