Kitab : Tajridus Shorih
Pengarang : Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif Az-Zubaidi
Cetakan : DKI Beirut
Hadits : 102
Halaman : 40
Dikutip dari kajian kitab tajridus shorih pada tanggal 8 Juli 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus oleh beliau Gus Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA.
Selengkapnya bisa dilihat disini : Ngaji Kitab Tajridus Shorih
Hadits 102
فَعَمَدَ الخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ مِنْ أَلْوَاحِ السَّفِينَةِ فَنَزَعَهُ ، فَقَالَ مُوسَى قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا ؟ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا ؟! قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا ، فَكَانَتِ الْأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا ، فَانْطَلَقَا فَإِذَا غُلَامٌ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَ الْخَضِرُ بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلَاهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ بِيَدِهِ، فَقَالَ مُوسَى أَقَتَلْتَ نَفْسًا ا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ؟ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا، فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ أَسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ الْخَضِرُ بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ فَقَالَ لَهُ مُوسَى لَوْ شِئْتَ لَ لتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا ، قَالَ هُذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ، قَالَالنَّبِيَّ ﷺ يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا
….Kemudian Nabi Khidir sengaja mengambil papan kapal lalu merusaknya Nabi Musa pun berkata, ”Mereka telah membawa kita tanpa bayaran, tapi kenapa kamu merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?” Nabi Khidir berkata, “Bukankah aku sudah berkata, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama denganku.” Nabi Musa berkata, “Janganlah kamu menghukumku karena kelalaianku dan janganlah kamu membebaniku dengan dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.” Kejadian pertama ini karena Nabi Musa terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain dengan kedua temannya. Nabi Khidir lalu memegang kepala anak itu, lalu Nabi Khidir memutus kepala anak tersebut dengan tangan beliau sendiri. Maka Nabi Musa pun bertanya, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?” Nabi Khidir menjawab, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan kuat sabar bersamaku.” Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh. Maka Nabi Khidir menegakkan dinding tersebut. Rasulullah meneruskan ceritanya: “Nabi Khidir melakukannya dengan tangannya sendiri. Lalu Nabi Musa berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Nabi Khidir menjawab, “Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu.” Nabi Muhammad SAW. Bersabda, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa. Kita sangat berharap sekiranya Nabi Musa bisa sabar, sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang keduanya.”.
Lanjutan cerita: Nabi Khidir berkata, “Saya ceritakan wahai Nabi Musa atas kejadian-kejadian yang telah berlalu. Untuk kapal tadi, itu sebenarnya pemilik kapal tersebut adalah orang-orang miskin yang mana pekerjaan mereka tersebut adalah dilautan. Maka memang aku sengaja merusak kapal tersebut agar kapal tersebut terlihat cacat, karena depan mereka nanti saat perjalanan pulang itu ada perompak yang suka membajak kapal-kapal yang bagus, jika tidak saya buat cacat maka kasihan mereka nanti. Terus untuk anak kecil tadi, kedua orang tuanya itu sholeh sholehah, tapi anak itu tadi saat besar dia akan menjadi kafir yang mana kekafiran anak tersebut mengajak-ajak bahkan hingga memaksa kedua orang tuanya untuk ikut kafir. Maka lebih baik aku bunuh anak tersebut dan menyelamatkan keimanan kedua orang tuanya. Dan setelah membunuh anak itu tadi, saya berharap semoga Allah memberi kepada kedua pasangan pasutri tadi dengan anak yang sholeh atau sholehah yang mana akan membuat kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan untuk tembok tadi yang mana saya perbaiki dan tidak saya terima upahnya, karena bangunan tersebut itu adalah milik warisan kedua anak kecil yang yatim. Dan di bawah bangunan tersebut ada harta karun yang mana harta tersebut memang untuk kedua anak tersebut. Dan orang tua kedua anak yatim tadi adalah orang yang sholih, nah Allah berkehendak agar mereka tumbuh menjadi orang kuat dan Allah akan mengeluarkan harta karun itu kepada mereka rahmatan mir Rabbik, karena sebagai kasih sayang Allah kepada kedua anak tersebut. Semua kejadian yang terjadi tadi wahai Musa itu adalah bukan keinginanku, bukan aku yang sengaja melakukannya. Tapi semua kejadian itu tadi memang Allah lah yang menggerakkan.”.
Jangan meremehkan guru-guru ngajimu yang mengajarkan alif, ba, ta. Bisa jadi dengan kamu tabarrukan dengan guru ngajimu saat masa kecil, itu menjadikanmu masyhur dan wushul ilAllah.
Beberapa faedah dari hadits tersebut:
Apapun yang dilakukan Allah kepada ciptaan-Nya itu terserah gusti Allah sendiri. Kita sebagai makhluk tidak bisa menakar semua ketentuan-ketentuan yang Allah lakukan dengan akal. Maka akal ini tidak bisa menjadi hitungan untuk hitung-hitungannya Allah. Secara akal satu tambah satu memang dua, tapi hitungan Allah bukan sekadar hanya satu ditambah satu, hitungan Allah lebih dari itu. Yang bisa kita lakukan saat ini yaitu tidak perotes tidak membangkan akan taqdir dan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Semua sudah Allah tentukan, kita tinggal berusaha, adapun untuk masalah hasil serahkanlah kepada Allah SWT.
Semua yang dilakukan oleh Allah itu ada hikmahnya, tapi tidak serta merta kita harus mengetahui hikmah tersebut.
Kita harus hati-hati dengan dua kesalahan: yang pertama, orang-orang bodoh mengatakan bahwa dalam cerita ini Nabi Musa kalah keren dengan Nabi Khidir, maka hakikat orang-orang yang mengatakan seperti itu adalah mereka terlalu picik. Yang kedua, ada orang-orang kafir zindiq mengatakan, mereka beranggapan berdasarkan cerita tersebut bahwa syariat itu hanya untuk orang-orang awam. Dan kata-kata tersebut sangat berbahaya, karena kata-kata yang seperti itu hanya untuk basa basi untuk meninggalkan syariat.
0 comments: