Friday, August 9, 2024

Rangkuman Ngaji Gus Aniq


 Kitab : Tajridus Shorih

Pengarang : Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif  Az-Zubaidi

Cetakan         : DKI Beirut

Hadits : 103 dan 104

Halaman         : 40

Dikutip dari kajian kitab tajridus shorih pada tanggal 8 Juli 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus oleh beliau Gus Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA.

Selengkapnya bisa dilihat disini :Hadits 103, Ngaji Kitab Tajridus Shorih

                :Hadits 104, Ngaji Kitab Tajridus Shorih


  • Hadits 103


عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْقِتَالُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ؟ فَإِنَّ أَحَدَنَا يُقَاتِلُ غَضَبًا وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً، فَقَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلٍ اللهِ.


Dari Abu Musa berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang disebut perang fisabilillah (di jalan Allah)? Sebab diantara kami ada yang berperang karena marah dan ada yang karena fanatik?” Beliau lalu mengangkat kepalanya ke arah orang yang bertanya, dan tidaklah beliau angkat kepalanya kecuali karena orang yang bertanya tersebut berdiri. Beliau lalu menjawab, “Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka dia berperang di jalan Allah ‘azza wajalla.


  • Dari hadits diatas ada pelajaran, jika ada orang yang bertanya dan dia bertanya dalam kondisi berdiri, maka seorang kyai atau ustadz tidak diwajibkan untuk ikut berdiri hanya karena untuk mengimbangi seorang yang bertanya tersebut. Tapi kyai atau ustadz masih diperbolehkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

  • Dari cerita hadits tersebut kenapa kok ada orang yang bertanya sambil berdiri? Mungkin saat itu Nabi Muhammad sedang berada di majelis yang ramai dan mungkin orang yang bertanya tersebut berada di bagian belakang majelis.

  • Bertanya dalam keadaan berdiri itu boleh-boleh saja selama tidak terindikasi dengan sifat takabur (sombong).


  • Hadits 104


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَا أَنَا أمْشِي مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي خرب الْمَدِينَةِ وَهُوَ يَتَوَكَّلْ عَلَى عَسِيبٍ . مَعَهُ فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ الْيَهُودِ فَقَالَ: ، بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا تَسْأَلُوهُ لَا يَجِيءُ فِيهِ بِشَيْءٍ تَكْرَهُونَهُ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَنَسْأَلَنَّهُ ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَقَالَ يَا أَبَا الْقَاسِمِ مَا الرُّوحُ ؟ فَسَكَتَ فَقُلْتُ إِنَّهُ يُوحَى إِلَيْهِ فَقُمْتُ ، فَلَمَّا ا الْجَلَى عَنْهُ قَالَ : ﴿وَيَسْتَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ) (الإسراء : ١٨٥)


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, ketika aku berjalan bersama nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam di sekitar pinggiran kota madinah, saat itu beliau membawa tongkat dari batang pohon kurma. Beliau lalu melewati kumpulan orang yahudi, maka sesama mereka saling berkata, “Tanyakanlah kepadanya tentang ruh!” Sebagian yang lain berkata, “Janganlah kalian bicara dengannya hingga ia akan mengatakan sesuatu yang kalian tidak menyukainya.” Lalu sebagian yang lain berkata, “Sungguh, kami akan benar-benar bertanya kepadanya.” Maka berdirilah seorang laki-laki dari mereka seraya bertanya, “Wahai Abul Qasim, ruh itu apa?” Beliau diam. Maka akupun bergumam, “Sesungguhnya beliau sedang menerima wahyu.” Ketika orang itu berpaling, beliau pun membaca: ‘(Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”) ’ (Qs. Al-Isra’:85)


  • Apabila ada seorang alim yang mendapat pertanyaan dan dia tidak mengetahui jawabannya maka orang alim tersebut dilarang untuk buru-buru menjawab pertanyaan itu. Karena dikhawatirkan seorang alim tersebut menjawabnya dengan tanpa ilmu, yang mana akan berbahaya bagi masyarakat. Maka lebih baik untuk diam dan mencari dahulu jawaban dari pertanyaan tersebut.

  • Para ulama berbeda pendapat tentang  الرُّوحُ pada hadits tersebut, tapi jumhur ulama mengatakan yang dimaksud dengan الرُّوحُ yaitu sesuatu yang membuat jasad manusia dan jasad hewan menjadi bergerak.

  1. Nyawa manusia

  2. Nyawa hewan

  3. Malaikat Jibril

  4. Nabi Isa

  5. Al-Qur’an

  6. Wahyu

  7. Sesosok malaikat yang akan berdiri sendiri saat hari kiamat

  8. Nama malaikat yang memiliki 11.000 sayap dan 11.000 wajah.

  9. Makhluk yang kelakuannya mirip manusia (alien)

  10. Tapi jumhur ulama mengatakan, yang dimaksud dengan الرُّوحُ yaitu sesuatu yang membuat jasad manusia dan jasad hewan bisa bergerak.

  • Hikmah kenapa Allah SWT. Tidak menjawab pertanyaan dari orang yahudi tentang ruh tersebut, yaitu untuk menunjukkan betapa lemahnya kita dihadapan Allah. Karena ilmu kita tidak ada apa-apanya dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah. 

  • Beberapa faedah dari hadits tersebut:

  1. Seorang alim atau seorang kyai itu boleh ditanya saat keadaan berjalan ataupun berdiri, apabila tidak memberatkan atau mengganggu beliau.

  2. Adab atau sopan santunnya Abdullah bin Mas’ud pada hadits tersebut, yaitu memasang badan saat nabi mendapatkan wahyu.

  3. Berusaha untuk diam jika tidak tahu jawaban dari pertanyaan atau melemparkan pertanyaan tersebut kepada orang lain.

  4. Ada sebagian ilmu yang hanya Allah yang tahu.

Previous Post
Next Post

0 comments: