“Tok tok tok”
“Tok tok tok”
“Gun kamu di dalam?” Suara Ibu Guntur dari balik pintu.
“Gun kamu di dalam kan?” Tanya ibu untuk kedua kalinya karena tidak ada respon dari dalam.
CTARR! CTARR! CTARR! Suara petir menyambar. Keadaan di luar rumah yang semakin menjadi jadi, menjadikan Ibu Guntur semakin panik.
“TOK TOK TOK” Ibu Guntur memperkeras ketukan ketukan pintu.
“Kok nggak ada jawaban sih?” Batin Ibu Guntur dalam hati.
Setelah lama tidak ada respon dari dalam, Ibu Guntur pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Guntur.
Klek, kreeek……..
Dengan kondisi yang gelap gulita dan hanya disinari dengan cahaya petir yang menyambar, Ibu Guntur mencoba untuk mendekati kasur dimana Guntur berada.
“Loh kok ada bagas?” Batin si ibu setelah mendekati kasur.
“Gass…. kok kamu disini?” Bilang si ibu dengan membangunkan Bagas.
Setelah Ibu Guntur mencoba untuk membangunkan Bagas berkali kali, Akhirnya Bagas bangun dan menatap Ibu Guntur dengan tatapan kosong.
“Kamu kenapa kok ada disini? Juga Guntur kenapa kok berteriak?”
Karena masih dalam keadaan syok dengan kejadian tadi, Bagas belum bisa membuka mulut untuk menceritakan kepada si ibu. Dengan kondisi yang masih penasaran dengan apa yang terjadi, ibunya pun membiarkan Bagas untuk kembali tidur.
Keesokan harinya.
“Ibu aku berangkat kuliah dulu ya” ucap Bagas.
“Iya hati-hati gas” Jawab ibu.
“Adek beneran nggak berangkat sekolah bu?”
“Iya, badannya panas semua tadi, ibu juga khawatir kok tiba-tiba panas banget. Apa mungkin kejadian tadi malam? Sebenarnya apa yang terjadi tadi malam gas? Kok kamu juga ada di kamarnya Guntur?”
Bagas terdiam dengan pertanyaan yang beruntun dari Ibunya. Bagas kebingungan harus bercerita dari mana, Bagas sendiri juga masih tidak percaya dengan kejadian tadi malam yang menimpanya. Bagas harus mencari tahu sendiri dengan apa yang terjadi.
“Emm… nggak papa kok buk, nggak terjadi apa-apa, Bagas tadi malam cuman nemenin adek buat tidur” Elak Bagas.
“Hmm… ya udah kalo nggak terjadi apa-apa, sudah kamu berangkat sana” Balas Ibunya dengan masih ada kecurigaan di hati Ibunya.
“Kok kayaknya Bagas menyembunyikan sesuatu” Batin Ibu.
Setelah Bagas berpamitan dengan ibunya dan melihat kondisi adeknya yang masih tertidur pulas dengan badan yang masih sangat panas, dia pun berangkat kuliah dengan sepeda motor miliknya.
Sesampainya di kampus dia langsung memasuki kelasnya. Dengan pikiran yang masih syok dengan kejadian tadi malam, dia berusaha untuk bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa. Walaupun dia tahu bahwa tubuhnya juga sedang tidak begitu sehat.
“Hei broo.. kenapa kok mukamu pucat gitu?” Tanya temannya Ilham saat menghampiri tempat duduknya Bagas.
“Nggak papa kok, cuman agak lemes aja.”
“Ehh gitu, kalo nggak kuat nggak usah dipaksa gas, nanti malam juga ada kuliah malam, dibuat istirahat aja”
“Iya nanti aku coba istirahat sebentar, tapi ini aku masih kuat kok” Jawab Bagas dengan mengukir senyuman sedikit terpaksa agar ilham percaya.
“Oke deh, sehat-sehat bro.. ehh pak dosen sudah datang aku kembali dulu bro”
“Oke”
Jam 10.00 kuliah pagi telah usai, Bagas berniat ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat, ia berharap tubuhnya kembali membaik dan bisa berangkat kuliah malam. Dia cepat-cepat menuju ke parkiran motor dan tanpa sengaja dia bertemu dengan Ilham.
“Gas nanti malam ikut nobar timnas yok, di markas”
“Ehh… nanti malam bukanya ada kelas malam? Kamu nggak ikut?” Tanya Bagas.
“Emm mungkin aku nggak ikut dulu, lagian kelas malam juga paling-paling dosennya nggak datang, ya sudah daripada menunggu sesuatu yang belum pasti mendingan nobar timnas dulu wkwkwk” Balas Ilham.
“Aku ikut kelas malam dulu, nanti kalo emang dosennya nggak datang, aku langsung ke markas.”
“Oke lah, emang kamu anak rajin dan disiplin wkwk” Ilham tertawa dengan tidak berdosanya
“Nyenyenye, dahlah aku mau pulang dulu, mau istirahat.”
“Oke broo…”
Bagas menaiki motornya dan bergegas pulang.
“Assalamualaikum Bagas pulang”
“Waalaikum salam, iyaa” Jawab ibunya.
“Bu, kondisi Guntur gimana?” Tanya bagas dengan sedikit khawatir.
“Masih panas gas, Guntur juga nggak mau makan dari pagi, Guntur cuman ngalamun terus, sama tiba-tiba nangis sendiri”
Bagas sangat khawatir setelah diberitahu oleh ibunya tentang kondisi Guntur, ia pun memberanikan diri untuk melihat kondisi adiknya.
Sesampainya di kamar guntur, bagas terkejut dengan keadaan guntur. Benar apa yang dikatakan Ibunya, Guntur sangat berantakan keadaannya, tatapan kosong menghadap ke atas dengan mata yang sembab, mungkin terlalu banyak menangis. Bagas pun memberanikan diri untuk mengajak guntur berbicara.
“Tur, kamu nggak papa kan?” Tanya bagas dengan sedikit gemetar.
“Arga kakk” Bagas dibuat terkejut dengan perkataan guntur?
“Arga kenapa tur? Dia sudah tenang disana”
“Dia tadi kesini kakk” Bagas dibuat terkejut lagi dengan perkataan guntur. Bagas bingung harus berbuat apa.
“Udah ndak papa, mungkin kamu cuman mengingau, istirahat dulu sama makan, hilangin pikiran-pikiran negatif, okee”
“Iya kakk, tapi Guntur takut”
“Ndak usah takut ada kakak sama ibu disini, sudah kamu tidur aja dulu kakak mau keluar”
“Iya kak”
Setelah Guntur memejamkan mata, Bagas pun keluar, ia juga membutuhkan istirahat. Saat dia memasuki kamarnya, handphone berdering, ada pesan masuk dari nomor yang tidak diketahui.
“Siapa ini?” Batin Bagas.
“Gas nanti kamu beneran nggak ikut nonton?”
“Ini Ilham nomer baru, save oke”
“Ohh Ilham ternyata” Batin Bagas.
“Nggak ikut” Jawab bagas.
“Oke deh nanti kalo bisa ke markas datang oke”
“OKe”
Setelah membalas pesan dari ilham, bagas beranjak untuk tidur, memulihkan tenaga untuk kuliah malam nanti.
Bagas berangkat ke kuliah.
Suasana kelas pada malam hari memang sangat berbeda dengan kelas pagi hari. Hanya beberapa orang yang masuk, termasuk Bagas. Sudah satu jam lebih Bagas menunggu dosen yang tak kunjung datang. Dalam tunggunya tiba-tiba Bagas melihat mahasiswa baru masuk kelas.
“Ehh bukannya itu Ilham?” Tanya Bagas dalam batin. “Tapi dia kan tadi bilang mau nobar di markas?”
Bagas mau menemuinya tapi dia ragu, khawatir kalo ternyata bukan Ilham. Dia membuka handphonenya, berniat untuk menchating Ilham.
“Ham kamu katanya nobar timnas” tidak menunggu lama ilham pun menjawabnya.
“Iya emang, kamu mau kesini?”
“Bukan begitu, kamu ini di markas?”
“Iya”
“Lah terus yang disini ini siapa? Mirip kamu ham, kukira kamu tadi” bagas membalas chatting dari Ilham dengan gemeteran.
“Bentar ham, aku kirimin fotonya” Bagas pun mengirim foto orang yang mirip dengan Ilham kepada ilham.
“Ehh… iya gas mirip aku, ini siapa cahh?” Kaget Ilham.
“Kok aku merinding gini”
“Ya sudah kamu tenang dulu nanti ke habis kuliah kamu kerumahku, cerita”
“Oke, nanti aku ke rumahmu”
Setelah Bagas mengakhiri chattingan dengan ilham, ia pun langsung beranjak untuk keluar kelas. Percuma nunggu dosen paling juga tidak datang.
Di depan rumah Ilham.
“Ham, aku sudah di depan rumahmu”
“Masuk aja, langsung ke kamarku, sudah ada makanan banyak ini” balas Ilham.
Bagas Pun masuk ke rumah Ilham dan menuju ke kamar Ilham. Setelah masuk kekamar Ilham, dia melihat banyak sekali makanan yang terpampang. Tapi dia dibuat bingung dengan wajah Ilham yang sangat pucat, tapi dia tidak berani untuk bertanya. Seperti ada perasaan yang yang mencegahnya untuk bertanya.
“Duduk gas, silahkan dimakan”
“Oke”
Bagas beranjak duduk dan mulai makan makanan yang ada.
“Jadi, gimana gas ceritanya?” Tanya Ilham dengan suara yang serak dan berat.
Bagas kaget, tapi dia cepat-cepat menghilangkan rasa kagetnya dan bercerita.
“Jadi tadi gini…”
TING, Suara dering notif dari handphone Bagas.
“Ehh, sebentar ham ada chat”
Bagas membuka hp-nya, ia mengira ada pesan masuk, melainkan cuman notif ada yang nge-live IG.
DEGG
Bagas terkejut tidak karuan, ternyata yang nge-live IG tadalah Ilham.
“Sial, terus yang didepanku siapa?” Umpat Bagas, karena akhir-akhir ini dia mendapatkan kejadian-kejadian yang janggal.
Bagas tidak berani menoleh, dia mencoba untuk mengirim pesan kepada Ilham lewat IG.
“Ham, kamu ini dimana?”
“Aku sedang ke luar kota sama bapakku. Tadi tiba-tiba setelah pulang kuliah pagi aku diajak bapakku ke luar kota, jadi nggak bisa ikut nobar di markas, emang kenapa?”
Bagas mencoba untuk mengontrol dirinya yang sedang gemetaran tidak karuan. Dia mencoba memberanikan diri untuk melihat ke depan.
DEGG
Ilham tidak ada di depannya, dan makanan-makanan yang Bagas makan tadi ternyata telur busuk. Bagas merasakan perutnya mulai mual dan ingin muntah. Ia pun berlari menuju kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.
Di kamar mandi.
HUEKK, HUEKK
“Sebenarnya apa yang terjadi sih, bangsat!” Amuk Bagas sembari memukul-mukul tembok. “Ada apa sebenarnya?” Batin Bagas dengan perasaan takut, tubuhnya mulai gemetaran. Dia harus keluar dari rumah ini secepatnya.
JEPPP, tiba-tiba listrik padam.
Bagas tidak bisa melakukan apa-apa, dia masih syok dengan kejadian yang bertubi-tubi menimpanya. Tiba-tiba bagas merasakan ada yang memegang lengannya.
Dan.........bersambung.
Oleh :Barok