Bayangan di Balik Jendela
Malam itu sunyi. Hanya suara detak jam dan angin yang berdesir pelan di luar jendela kamar Alana. Ia duduk di meja belajarnya, mencoba fokus mengerjakan tugas, tapi pikirannya terusik oleh sesuatu.
Sejak tadi, ia merasa ada yang mengawasinya. Setiap kali ia menoleh ke jendela, tidak ada siapa-siapa. Tapi perasaan itu tak juga hilang.
Alana menghela napas, mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman itu. Namun, saat ia kembali menunduk ke bukunya, sebuah bayangan melintas di kaca jendela. Ia tertegun. Jantungnya berdetak lebih cepat.
Dengan tangan gemetar, ia perlahan menoleh ke arah jendela. Tidak ada apa-apa di luar, hanya kegelapan. Tapi tiba-tiba—tok, tok, tok!
Seseorang mengetuk jendelanya.
Alana menahan napas. Ini lantai dua. Tidak mungkin ada seseorang di luar.
Perlahan, ia berdiri dan mendekat. Tangannya terulur, bersiap menarik gorden untuk melihat lebih jelas. Tapi sebelum ia sempat melakukannya, suara berbisik terdengar dari balik kaca.
"Alana..."
Alana terhuyung mundur. Suara itu familiar. Suara yang seharusnya tidak mungkin ia dengar lagi.
Suara milik sahabatnya, yang telah meninggal setahun lalu.
Alana membeku. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Itu tidak mungkin. Suara itu… suara Keyla, sahabatnya yang meninggal dalam kecelakaan setahun lalu.
"Alana…" suara itu terdengar lagi, lebih lirih, lebih dekat.
Dengan nafas tersengal, Alana memberanikan diri menarik gorden. Tidak ada siapa-siapa. Hanya pekatnya malam dan ranting pohon yang bergerak pelan tertiup angin.
"Apa aku berhalusinasi?" gumamnya pada diri sendiri. Ia menatap kaca, dan tepat saat ia hendak berbalik, bayangan itu muncul lagi—bayangan seorang gadis, wajahnya pucat dengan tatapan kosong.
Alana menjerit, terjatuh ke belakang. Namun, bayangan itu tidak menghilang. Kali ini, Alana dapat melihatnya dengan jelas. Itu benar-benar Keyla.
"Alana… tolong aku…" suara itu terdengar lebih memilukan.
Alana ingin lari, tapi tubuhnya terasa kaku. Ia mencoba mengumpulkan keberanian. "K-Keyla? Itu benar kamu?"
Bayangan itu menatapnya, matanya berkilat sedih. "Aku tidak bisa pergi… aku terjebak…"
"Terjebak? Maksudmu?"
"Aku… aku tidak sengaja… Aku tidak ingin mati malam itu…"
Alana merasakan bulu kuduknya meremang. Malam kecelakaan itu, Keyla memang ditemukan tewas di sebuah tikungan tajam. Semua orang mengira itu kecelakaan biasa. Tapi… jika arwah Keyla masih di sini, berarti ada sesuatu yang belum selesai.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Key?" suara Alana bergetar.
Bayangan itu menatapnya lama sebelum berbisik, "Seseorang… mendorongku…"
Sekujur tubuh Alana membeku. Mata Keyla dipenuhi ketakutan, seakan meminta tolong.
Sebelum Alana sempat bertanya lagi, bayangan itu perlahan menghilang, menyisakan embun tipis di jendela. Namun, sebelum benar-benar lenyap, satu kata tertulis di kaca dengan huruf samar.
"Cari tahu…"
Alana menelan ludah. Malam ini bukan sekadar gangguan dari masa lalu. Ini adalah permintaan.
Oleh : alp