Sunday, February 23, 2025

Asal Usul Kebiasaan Makan 3 Kali Sehari

Asal Usul Kebiasaan Makan 3 Kali Sehari

1. Zaman Prasejarah: Pola Makan Tidak Teratur

Pada masa prasejarah, manusia purba tidak memiliki jadwal makan yang tetap. Mereka berburu dan mengumpulkan makanan sesuai kebutuhan serta ketersediaan sumber daya. Pola makan mereka lebih mirip dengan pola puasa dan pesta, di mana mereka makan dalam jumlah besar setelah berburu atau menemukan makanan, lalu bertahan tanpa makan dalam waktu yang lama.

2. Peradaban Kuno: Makan Sekali atau Dua Kali Sehari

Dalam peradaban awal seperti Mesir, Yunani, dan Romawi, makan dua kali sehari lebih umum. Bangsa Yunani kuno biasanya makan ringan di pagi hari (ariston) dan makan besar di sore atau malam hari (deipnon). Bangsa Romawi juga umumnya hanya makan dua kali sehari, dengan makan utama di siang atau sore hari.

3. Abad Pertengahan: Dua Kali Sehari Masih Dominan

Di Eropa pada Abad Pertengahan, kebiasaan makan dua kali sehari tetap bertahan. Orang-orang biasa makan pagi (sekitar tengah hari) dan makan malam di sore atau menjelang malam. Sarapan sering dianggap sebagai kebiasaan kelas pekerja atau anak-anak, sementara kaum bangsawan atau biarawan cenderung menghindari sarapan karena alasan keagamaan.

4. Revolusi Industri: Munculnya Pola Makan 3 Kali Sehari

Pada abad ke-18 dan ke-19, Revolusi Industri membawa perubahan besar dalam pola makan. Para pekerja di pabrik membutuhkan energi untuk bekerja dalam jadwal yang lebih ketat, sehingga sarapan menjadi lebih penting. Makan siang menjadi waktu istirahat di tengah hari, sementara makan malam menjadi momen berkumpul setelah bekerja. Pola ini semakin mengakar di masyarakat Barat dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

5. Pengaruh Kolonialisme dan Globalisasi

Kebiasaan makan tiga kali sehari mulai menyebar ke berbagai budaya lain karena pengaruh kolonialisme dan globalisasi. Negara-negara yang dulunya memiliki kebiasaan makan dua kali atau lebih fleksibel mulai menyesuaikan diri dengan standar Eropa dan Amerika.

Kesimpulan

Pola makan tiga kali sehari bukanlah sesuatu yang alami atau universal, tetapi lebih merupakan hasil dari perkembangan budaya dan kebutuhan sosial. Sebelum era modern, banyak masyarakat memiliki jadwal makan yang lebih fleksibel. Namun, karena perubahan gaya hidup, industrialisasi, dan globalisasi, makan tiga kali sehari akhirnya menjadi norma di banyak tempat di dunia.

Oleh : Alp


Saturday, February 15, 2025

Jika lembaran takdirmu dibocorkan

 Jika lembaran takdirmu dibocorkan

Bayangkan jika seseorang tahu kapan ia mati, pasti ia akan tenang-tenang saja sekalipun ia loncat dari puncak gedung.


Bayangkan jika seseorang tahu ia tidak akan ditinggalkan kekasihnya, mungkin ia akan semena-mena, sesukanya dengan pasangannya.


Bayangkan jika seorang ilmuwan tahu bahwa dengan penemuannya ia akan diasingkan, maka ia tidak pernah ingin berfikir.


Bayangkan kekacauan apa saja yang terjadi jika setiap orang tahu akan takdirnya.


Maka ketidakpastian menjadi penting untuk memotivasi seseorang terus berkembang.


Karena;


.من حكمة الله تعالى أن لا يكشف لك القدر كي تستقيم الحياة


Termasuk hikmah Allah, ialah menyembunyikan dan tidak menampakkan lembaran takdirmu supaya hidup ini berjalan dengan baik.


*Diambil dari mauidhoh Maulana Syaikh Muhammad Salim Abu Ashi (Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir Al-Azhar, Kairo).


Oleh : Falah.


Friday, February 7, 2025

Bayangan di Balik Jendela (2)

Alana duduk terpaku di lantai, matanya masih menatap tulisan samar di jendela: "Cari tahu…"

Jantungnya masih berdetak kencang. Jika Keyla benar-benar tidak mengalami kecelakaan biasa… siapa yang telah mendorongnya?

Alana mencoba mengingat malam itu. Keyla sempat mengirim pesan sebelum kecelakaan terjadi. Pesan yang saat itu terasa biasa saja. Dengan tangan gemetar, ia mengambil ponselnya dan mencari percakapan terakhir mereka.

Keyla: "Aku takut, Lan. Aku rasa ada yang mengikutiku."

Pesan itu dikirim pukul 22.37, tepat 15 menit sebelum polisi menemukan tubuh Keyla di tepi jalan berkelok. Saat itu, Alana tidak membalasnya karena sudah tertidur. Dan sekarang, kata-kata itu kembali menghantuinya.

Siapa yang mengikutinya malam itu?

Alana menggigit bibir. Satu-satunya cara untuk menemukan jawabannya adalah pergi ke tempat kecelakaan terjadi.

                                *

Malam semakin larut, namun Alana tidak bisa menunggu sampai besok. Dengan jaket tebal dan senter, ia keluar dari rumah, mengendarai motornya menuju jalan tempat Keyla ditemukan.

Jalanan sepi. Cahaya lampu jalan temaram, membuat suasana semakin mencekam. Saat tiba di tikungan tajam itu, Alana mematikan mesin motornya dan turun perlahan.

Debu dan daun kering berserakan di aspal. Di tepi jalan, ada bekas pagar besi yang bengkok—tempat mobil Keyla jatuh setahun lalu. Alana mendekat, napasnya memburu.

"Aku di sini, Key…," bisiknya.

Tiba-tiba, suara langkah terdengar di belakangnya.

Alana menoleh cepat, menyorotkan senter ke arah semak-semak. Tidak ada siapa-siapa. Tapi perasaan itu kembali—perasaan diawasi.

"Alana…"

Suara itu berbisik, samar, seperti berasal dari angin. Tapi kemudian, sesuatu muncul di depan matanya.

Sebuah bayangan hitam berdiri di dekat pagar rusak, sosoknya tinggi, dan wajahnya tak terlihat dalam gelap.

Alana mundur selangkah, napasnya memburu. "Siapa… kau?"

Bayangan itu tidak menjawab.

Namun, tepat saat Alana hendak berlari, sosok itu bergerak mendekat—dengan cepat.

Alana menjerit.

Oleh : Alp

Monday, February 3, 2025

ORANG-ORANG YANG LALAI

ORANG-ORANG YANG LALAI


Suatu saat baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ditanya oleh istri beliau, sayyidah Aisyah Radhiallahu anha, "Saya melihat panjenengan pada bulan ini tidak seperti bulan-bulan yang lain. Memangnya, ada apa?"


Nabi menjawab, "Iya memang, sayangku. Ini bulan yang sering dilupakan orang-orang. Padahal, nanti, malam tanggal 15 (Nishfu Sya'ban), semua aktivitas manusia yang dicatat malaikat akan dilaporkan kepada Allah. Aku ingin saat itu aku sedang berpuasa, sedang khusyuk mengingat Allah, dan mengerjakan hal-hal baik."


Lalu, sebuah riwayat menyebutkan pada malam Nishfu Sya'ban, sayyidah Aisyah Radhiyallahu anha kehilangan nabi. Beliau tidak ada di kamar. Hatinya sempat deg-degan, dan bertanya-tanya, "Duh, sayangku ke mana?" Lalu, mencarinya. Rupanya, sang suami ada di Baqi', kuburan para sahabat dan syuhada. Beliau sedang menengadahkan tangan, lalu mata beliau berlinang sambil menatap ke langit.


Begitu antara lain ceritanya.


Lalu, akankah kita yang dimaksud orang-orang yang melupakan bulan itu??


Oleh : Falah