Thursday, April 24, 2025

Paijo Si Pemulung

Di sebuah sudut kota yang nyaris dilupakan waktu, hiduplah seorang anak bernama Paijo. Walau usianya baru menginjak 12 tahun, pikirannya jauh lebih dewasa dari anak seusianya. Ia dikenal di kampungnya sebagai anak yang cerdas, rajin, dan punya semangat belajar yang menyala-nyala. Namun hidup tak selalu ramah. Paijo lahir dari keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya seorang pemulung, dan ibunya telah pergi selamanya saat Paijo masih balita.

Setiap pagi sebelum matahari muncul sempurna, Paijo sudah menyusuri jalan-jalan kota bersama ayahnya, mencari botol plastik, kertas bekas, dan apa saja yang bisa dijual. Tapi ada satu harta karun yang selalu ia buru diam-diam: buku bekas. Ia akan memungut LKS atau buku sekolah yang masih bisa dibaca, membersihkannya, dan menjadikannya jendela menuju mimpi-mimpinya.

“Aku mau sekolah, Yah. Biar bisa jadi orang pintar,” katanya suatu malam ketika mereka pulang membawa hasil tak seberapa. Sang ayah hanya bisa tersenyum getir, lalu mengusap kepala anak satu-satunya itu. Ia tahu betul, dalam dunia seperti mereka, impian seringkali hanyalah kemewahan.

Suatu siang yang terik, saat Paijo sedang mengais tumpukan sampah di pinggir jalan, tangannya menyentuh sesuatu yang tak biasa. Sebuah dompet kulit mahal. Jantungnya berdegup lebih cepat. Di dalamnya terdapat KTP, STNK, ATM, dan setumpuk uang yang jumlahnya lebih banyak dari yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

“Paijo, itu bisa buat makan kita berbulan-bulan…” bisik hatinya ragu.

Namun hanya sedetik. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia menggenggam dompet itu erat dan berkata pada ayahnya, “Yuk, kita cari pemiliknya.”

Rumah pemilik dompet itu bagai istana. Pintu gerbangnya saja lebih besar dari rumah Paijo. Ketika mereka mengetuk pintu, seorang pria paruh baya membukakan, wajahnya terlihat cemas, tapi berubah lega begitu melihat dompet di tangan Paijo.

“Ini… ini milik saya! Kamu yang nemu?” pria itu bertanya tak percaya.

Paijo mengangguk. Ia tak berharap apa-apa, hanya lega karena telah melakukan yang benar.

Namun pria itu tak membiarkannya pergi begitu saja. Ia mengundang Paijo dan ayahnya masuk, menyajikan makanan hangat, dan mengobrol santai. Di tengah tawa dan rasa kagum melihat rak-rak buku dan foto-foto keluarga yang hangat, Paijo merasa dunia ini begitu luas dan ia ingin jadi bagian dari dunia itu.

Ketika hendak pulang, pria kaya itu bertanya, “Apa yang kamu mau sebagai ucapan terima kasih? Apa saja. Katakan.”

Paijo menunduk sesaat. Ia menatap sang ayah, lalu menatap pria itu penuh harap. “Saya… saya cuma pengin sekolah, Pak. Bisa sekolah aja udah cukup. Saya janji nggak akan nyia-nyiain.”

Pria itu terdiam, matanya berkaca-kaca. Ada sesuatu dalam suara Paijo. Tulus, jujur, dan penuh tekad.

“Mulai besok, kamu akan sekolah, Nak. Aku yang akan biayai semuanya.”

Hari itu, langit terasa lebih biru. Dan Paijo tahu, mungkin ini bukan hanya tentang dompet, tapi tentang takdir yang ia temukan di antara tumpukan sampah.

Oleh : Arsa


Monday, April 21, 2025

"Kartini: Perempuan Biasa dengan Mimpi yang Luar Biasa"

 "Kartini: Perempuan Biasa dengan Mimpi yang Luar Biasa"

Kadang kita mikir, buat jadi sosok yang mengubah dunia itu harus punya kekuatan super, atau pangkat tinggi, atau kehidupan yang sempurna. Tapi Kartini, dia membuktikan hal yang sebaliknya.

Kartini itu perempuan biasa. Hidup di masa yang nggak kasih banyak ruang buat perempuan buat bersuara, apalagi bermimpi. Tapi di balik semua batasan itu, dia punya satu hal yang luar biasa: keberanian.

Bayangin ya, jadi perempuan muda, dipingit, nggak boleh sekolah tinggi-tinggi, harus nurut tradisi. Tapi dia malah tanya: “Kenapa?” Kenapa perempuan nggak boleh punya mimpi? Kenapa harus diam, sementara dunia terus bergerak?

Kartini nggak teriak-teriak di jalan, nggak demo bawa spanduk. Tapi dia nulis. Surat demi surat, kata demi kata, jadi jendela buat kita ngelihat isi hatinya. Dan di situ, dia tuangin harapannya: supaya perempuan bisa belajar, bisa berdiri sendiri, bisa bikin pilihan tanpa harus takut atau merasa salah.

Yang bikin keren kartini tahu, mungkin dia nggak akan lihat hasil perjuangannya langsung. Tapi dia tetap jalan. Karena dia percaya, kalau kita nanam benih kebaikan, suatu saat pasti tumbuh meskipun bukan kita yang panen.

Sekarang, lihat aja. Sekolah-sekolah penuh perempuan hebat. Di kantor, di rumah sakit, di pemerintahan, di rumah banyak perempuan ambil peran. Bukan karena mau menang sendiri, tapi karena tahu mereka juga bisa memberi. Itu semua... karena ada satu perempuan dulu yang berani bilang, “Aku juga mau punya mimpi.”

Jadi, buat kamu yang lagi ngerasa kecil, ngerasa nggak punya tempat, inget Kartini. Kamu nggak harus jadi siapa-siapa dulu buat punya arti. Kamu cuma perlu jadi dirimu sendiri... dan berani.

Karena perempuan hebat itu bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling konsisten melangkah. Pelan, tapi nggak berhenti.

Oleh : Alp.


Monday, April 14, 2025

Keistimewaan Bulan Syawwal

    

    Syawal, bulan kesepuluh dalam kalender Hijriah, menyimpan banyak keutamaan bagi umat Islam. Mari kita telusuri lebih dalam tentang keistimewaan bulan ini.

    Bulan Syawal memiliki beberapa keistimewaan yang menjadikannya bulan yang istimewa bagi umat Islam:

  • Hari Raya Idul Fitri:

    • Syawal diawali dengan perayaan Idul Fitri, hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan. Ini adalah momen kebahagiaan dan syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

  • Puasa Syawal:

    • Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syawal adalah puasa sunnah selama enam hari. Pahala puasa Syawal setara dengan pahala puasa setahun penuh, seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim.

  • Mempererat Silaturahmi:

    • Bulan Syawal menjadi momen yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman. Tradisi saling mengunjungi dan bermaaf-maafan menjadi ciri khas bulan ini.

  • Peningkatan Ibadah:

    • Syawal adalah waktu untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas ibadah setelah Ramadhan. Semangat ibadah yang telah terbangun selama Ramadhan sebaiknya tetap dijaga dan ditingkatkan di bulan ini.

  • Waktu Yang Baik Untuk Menikah:

    • Rasulullah SAW menikahi Aisyah RA pada bulan syawal, maka dari itu bulan syawal dianjurkan untuk melangsungkan pernikahan.

Mari kita jadikan bulan Syawal sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, mempererat hubungan dengan sesama, dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semoga kita semua mendapatkan berkah dan ampunan di bulan yang mulia ini.


Oleh : Alip